Recent post
Jadwal Pertandingan Liga Inggris
Jadwal Pertandingan Liga Champions UEFA
Jadwal Serie A Italia
Jadwal LA Liga Spain
Jadwal Bundes Liga Jerman
Jadwal Pertandingan Liga Champions UEFA
Jadwal Serie A Italia
Jadwal LA Liga Spain
Jadwal Bundes Liga Jerman
Kala “Pak Tua” Melawan “Si Pemula” (preview Manchester City vs Barcelona)
OPINI | 24 February 2015 | 14:59
Di jajaran pelatih klub top
Eropa, nama Manuel Luis Pellegrini Ripamonti (61 tahun) belum dianggap
layak sebagai pelatih top. Namanya masih disebut “kalah kelas” dari
Carlo Ancelotti, Josep pep Guardiola ataupun Jose Mourinho. Ketiga nama
inilah yang menjadi ‘media darling’ sepak bola Eropa. Pellegrini? Ia
hanya “pelatih piguran”.
Penyebabnya, Pellegrini belum
pernah sekalipun meraih trofi Liga Champions, lambang paling bergengsi
sepak bola Eropa. Pak tua asal Chile ini pernah punya beberapa kali
kesempatan untuk bisa menambahkan trofi bertelinga lebar itu ke dalam
curriculum vitae nya. Tapi, semuanya gagal.
Tahun 2009, Pellegrini didaulat
menjadi pelatih Real Madrid. Ia dibekali ‘artis-artis top’ lapangan bola
macam Ricardo Kaka, Cristiano Ronaldo, Karim Benzema hingga Xabi
Alonso.
“Jika kami ingin memenangi Liga Champions danjadi tim terbaik dunia, kami butuh pemain terbaik,” ujar Pellegrini kala itu.
Namun, yang terjadi, Real Madrid
justru langsung tersingkir di babak 16 besar. Kalah dari klub Prancis,
Olympique Lyon. Maka, akhir ceritanya bisa ditebak. Pellegrini pun
dipecat. Ia terusir dari “istana megah Madrid” tanpa ada satupun
kebanggaan.
Pencapaian paling hebat
Pellegrini di Liga Champions hanyalah perempat final bersama Malaga di
musim 2011/2012. Prestasi yang menjadi ‘tiket’ baginya untuk melatih
klub kaya Inggris, Manchester City. Dengan
kekuatan uang juragan Manchester City yang bisa membeli ‘kaki-kaki
mahal’, Pellegrini bisa membawa City kampiun Liga Inggris musim 2013/14
dan menjadi pelatih Amerika Latin pertama yang juara di tanah Inggris.
Namun, trofi Liga Champions masih jauh dari dekapan. City out di babak
16 besar setelah kalah agregat 1-4 dari Barcelona.
Maka, ketika City kembali harus
bertemu Barcelona di babak 16 besar pada drawing 15 Desember 2014 lalu,
Pellegrini pun serasa tertantang. Ia penasaran. Maklum, selama melatih
Villarreal, Real Madrid dan Malaga juga Manchester City, dia sudah 24
kali bertemu Barcelona. Hasilnya, dia hanya mampu menang empat kali dan
kalah 16 kali! Catatan yang jauh dari kata bagus. Barcelona seperti jadi
kutukan baginya.
Tapi, jelang menjamu Barcelona
di City of Manchester Stadium dini hari nanti, Pellegrini PeDe. Dia
yakin, kekalahan 0-2 di kandang dari Barcelona pada musim lalu, tidak
akan terulang. Kata dia, Manchester City sekarang sudah beda dari musim
lalu. Dia berkoar akan menyerang habis Barcelona.
Apalagi, City pernah menang 3-2
atas Bayern Munchen yang dilatih mantan pelatih Barca, Pep Guardiola di
Machester. City juga menang atas AS Roma di markas lawan. Hebatnya, dua
kemenangan itu diraih tanpa adanya ‘pemain jangkar’, Yaya Toure. Pemain
yang mengaku sering menolak ajakan kencan fans nya ini juga bakal absen
di laga nanti karena hukuman kartu merah di laga fase grup.
City juga bisa sombong karena
punya Sergio Aguero. Striker Argentina yang akrab dengan Lionel Messi
ini sudah mencetak 21 gol di musim ini. Pellegrini menyebutnya sebagai
salah satu pemain terbaik dunia selain Messi dan Ronaldo. Dan bekal
lainnya adalah kemenangan 5-0 atas Newcastle Unitd di Liga Inggris akhir
pekan kemarin.
“Kuncinya
adalah memenangi ball possession dan tidak mudah kehilangan bola. Jika
mereka mendapat bola, kami harus fokus pada Messi dan pemain lainnya,” ujar Pellegrini di uefa.com.
Tapi, memenangi ball possession
melawan Barcelona yang dikenal sebagai ‘penganut taat’ filosofi
tiki-taka, tidaklah semudah menengadahkan kepala. Musim
lalu, City “kalah dalam segala hal” dari Barcelona. Mereka kalah dalam
penguasaan bola (ball possession). Mereka kalah dalam shooting ke
gawang. Mereka juga kalah dalam jumlah umpan. Satu-satunya keunggulan
City barangkali hanya jumah kartu merah yang lebih banyak.
Dan satu lagi, Pellegrini juga
menang pengalaman dari pelatih Barcelona, Luis Enrique Martinez Garcia
yang musim 2014/15 ini menjadi musim pertamanya di Liga Champions
sebagai pelatih. Seperti ada gap yang sangat jauh bila membandingkan
karier melatih Pellegrini dan Martinez.
Ketika Pellegrini mengawali
karier melatih sebagai pelatih tim Chile, Universidad de Chile pada 1988
silam, Enrique masih belajar memahami taktik main bola. Tahun itu,
Enrique yang masih berusia 18 tahun, jadi pemain di tim B Sporting
Gijon, tim kota kelahirannya.
Tahun 2008. Enrique mencoba
peruntungan jadi pelatih tim Barcelona B. Popularitasnya terbantu nama
besar Pep Guardiola, mantan pelatih Barcelona B yang sukses melatih
Barcelona senior. Enrique pun digosipkan akan “naik kelas”. Tapi, dia
menerima pinangan klub Italia, AS Roma yang ternyata hanya bertahan
setahun. Namanya kembali populer ketika “klub biasa” Celta Vigo
dibawanya meraih prestasi lumayan di Liga Spanyol musim 2013/14. Ia
lalu terpilih melatih Messi dan kawan-kawannya. Enrique masih berupaya
membuktikan dirinya tak hanya hebat sebagai pemain tapi juga pelatih.
Dan Enrique membuktikan dirinya
mampu melatih Barca. Setidaknya, Barca masih punya peluang meraih treble
winners (tiga trofi) musim ini: Liga Spanyol, Piala Raja Spanyol dan
Liga Champions. Sempat mengalami gegeran internal di akhir tahun lalu
ketika Enrique digugat pemainnya paska kekalahan 0-1 di Real Sociedad,
Barcelona mulai ganas dengan trio penyerang Latin mereka:
Messi-Neymar-Luis Suarez.
Namun, sebuah “kecelakaan”
menghantam Barcelona di akhir pekan kemarin. Siapa yang menduga, Barca
yang mencatat 14 kemenangan beruntun, justru kalah di kandang sendiri,
0-1 dari Malaga. Hasil yang membuat Barca kembali tertinggal jauh, empat
poin dari Real Madrid. Enrique berkilah timnya
bermain kurang rileks karena memikirkan pertandingan melawan City di
Liga Champions. Dia PeDe timnya bisa bangkit di Manchester.
“City mungkin telah berubah. Dan
saya kira akan sulit mengulang kemenangan 2-0 di markas mereka seperti
tahun lalu. Tapi, kami ingin memenangi trofi Liga Champions. Karenanya,
kami harus melewati pertandingan seperti ini,” ujar Enrique.
Enrique memang kalah pengalaman
dari Pellegrini. Tapi, kabar baik baginya, dalam sepak bola, seorang
pemula sekalipun selalu punya kesempatan untuk membuat mereka yang
“menang pengalaman” tak lagi mendewakan pengalamannya. Dalam sepak bola,
seorang berpengalaman tidak selalu menang bila berhadapan dengan mereka
yang pemula.
Bukankah Pep Guardiola dengan
Barcelonanya, pernah menang atas Manchester United nya Sir Alex Ferguson
di final Liga Champions 2009 silam. Padahal, Guardiola bisa dibilang
“anak kemarin sore” jika dibandingkan dengan karier panjang Sir Alex. Atau,
bagaimana ketika pelatih anyar, Roberto Di Matteo bisa mengungguli
pelatih supersenior, Jupp Heynckes ketika Chelsea mengalahkan Bayern
Munchen di final Liga Champions 2012.
Dan satu lagi kabar gembira bagi
fans Barcelona, dalam empat pertandingan laga pertama babak 16 besar
Liga Champions yang dimainkan pekan lalu, tak satupun tim tuan rumah
yang bisa meraih kemenangan. Paris Saint Germain, Shakhtar Donetsk dan
FC Basel hanya main imbang melawan tamu-tamunya. Dan Schalke malah kalah
di kandangnya. Akankah tren ini berlanjut dini hari nanti?(*)
http://olahraga.kompasiana.com/bola/2015/02/24/-kala-pak-tua-melawan-si-pemula-preview-manchester-city-vs-barcelona-708571.html
Navigation