Fenomena batu akik serupa tren yang terus berganti dan berubah-ubah
dengan cepat. Banyak faktor yang ikut memengaruhi naiknya pamor sebuah
batu akik. Hal-hal yang berkaitan, sebut saja ketika peristiwa Presiden
ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, memberikan batu bacan
kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama, ikut memengaruhi
pergeseran tren. Setelah kejadian itu, batu jenis ini pun banyak diserbu
orang karena sugesti bahwa yang memberikan dan memakai adalah orang
hebat. Jadi, sebagian masyarakat pencinta batu pun merasa hebat ketika
memakainya.
Namun, setelah batu bacan, berturut-turut beberapa nama pernah disebut, antara lain batu garut, batu aceh, batu bengkulu, dan banyak lagi jenis batu akik lainnya. Kalau ini jelas berbeda fenomenanya. Menurut Teuku Kaisa Nova Zarsyah, salah satu penggemar batu akik termasuk barang antik, hal yang paling memengaruhinya adalah faktor sugesti dari masyarakat yang dimainkan kelompok tertentu.
Pelakunya adalah para pendana dan businessman yang ada di atas jejaring dunia batu akik. “Menurutku ini sugesti, sebut saja kayak tanaman di dalam akuarium atau gelombang cinta dan banyak tren lainnya. Meski kalau kita lihat, dari segi kualitas, keindahan, dan kekuatan, batu bacan memang bersih, bagus, dan natural. Batu aceh memang baru-baru ini, tetapi bagus juga kok tampaknya. Kalau batu garut sejak dulu,” ujarnya.
Belakangan, ditekankan ke pikiran orang, batu dari Acehlah yang jadi tren saat ini. Kelak, tren ini akan bergeser lagi ke batu lain yang tempatnya berbeda. Batu akik, suatu karya yang ditemukan di alam yang harganya dapat menjadi relatif tergantung kualitas, kekuatan, dan keindahan batu itu.
Namun, bagi lelaki yang kerap disapa Kaisa itu, sebenarnya batu berharga yang di kelas dunia adalah batu berlian dari Afrika, royal blue safir dari Sri Lanka, serta jamrud, rubi, pirus, dan batu mulia lain seperti permata karena tingkat kekerasannya (Skala Mohs).
Metode Skala Mohs adalah membandingkan dengan cara melihat mineral mana yang dapat menggores mineral lainnya. “Itu karena batu akik kekerasannya paling tujuh hingga delapan. Batu kalimaya malah rapuh, hanya empat sampai lima. Sementara itu, batu mulia kadar kekerasannya mencapai sembilan sampai tiga belas sehingga bagaimanapun integritas dan kekuatannya tetap paling diakui,” tuturnya.
Namun, batu akik adalah barang seni. Kalau batu mulia yang berharga di kelas dunia ada harga karatnya dapat dihitung, pada batu akik menjadi sangat relatif. Bila batu mulia tak pernah mendapat sampai kiloan maka pada batu akik tak jarang orang dapat menemukan batu yang beratnya sampai 20 kilogram (kg). Seberat itu pun paling hanya mencapai harga Rp 300 juta. Pada berat itulah batu akik dapat menembus pasaran harga batu mulia.
“Namun, tak jarang batu akik lebih dari itu harganya. Bayangkan, satu cincin batu akik super dapat mencapai harga Rp 300 juta. Batu kalimaya pun begitu. Kalau indah, bisa ada yang beli sampai harga fantastis. Cuma, memang pembelinya sih kita belum tahu karena batu akik relatif untuk disepakati alias tak bisa langsung ada pembeli, kecuali pembeli yang merasa cocok. Kalau berlian 30 karat kan sudah bisa langsung laku seketika itu juga dan harganya istimewa dan bisa langsung disepakati,” ujar Kaisa.
Karat merupakan satuan berat dari berlian. Berlian yang beratnya sama dan lebih 0,30 karat saja telah memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi dunia, apalagi sampai 30 kerat. Namun, untuk menemukan karat yang seperti itu, dijamin sangat langka. Nyaris serupa dengan menemukan jarum di tengah hutan yang luas!
Pergeseran Makna
Di luar tren kejutan dan harga yang fantastis itu, satu hal yang menjadi kepastian dari sebuah batu akik adalah batu ini tak lagi menjadi wilayah dunia mistik, melainkan lebih dilihat dari faktor seni, investasi, gengsi, bahkan penampilan.
Batu akik tak hanya dilihat dari warna yang bagus, unik, langka, dan tingkat kekristalan, tapi juga motif bahkan guratan dan bentuk batu yang menyerupai gurat, lekuk, atau tekstur tertentu. Ada batu pancawarna yang warnanya menyerupai objek tertentu, seperti ikan, bunga, sosok semar—kerap disebut batu gambar. Batu pusar bumi bahkan ada tonjolan di batu itu. Batu pancawarna memperlihatkan paduan warna abstrak yang menarik perhatian hingga batu combong bolong yang unik dan konon memiliki khasiat tertentu. Ada batu fosfor yang praktis menghasilkan cahaya di dalam kegelapan. Semua menjadi faktor unik yang dapat berpotensi mengangkat kualitas dan gengsi bagi si pemakai batu itu.
Batu akik sebenarnya sudah menjadi kebanggaan para bangsawan dan raja di dunia, termasuk para raja Tiongkok yang menjadikan batu giok untuk perhiasan, menambah wibawa, bahkan sebagian ada yang percaya dapat mendukung kesehatan pemakainya. Presiden RI sejak masa Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono pun konon menggunakan cincin dengan batu sebagai mata perhiasannya.
Di luar pendapat para penggemar batu akik, seharusnyalah di tengah tren batu ini, pemerintah juga mengawasi jalur masuk penjualan batu akik ini, terutama untuk diekspor ke luar negeri. Jadi, selain dapat menambah investasi negara dan pendapatan rakyat negeri ini, alam juga tak dieksplorasi secara besar-besaran sampai merusak lingkungan.
Namun, setelah batu bacan, berturut-turut beberapa nama pernah disebut, antara lain batu garut, batu aceh, batu bengkulu, dan banyak lagi jenis batu akik lainnya. Kalau ini jelas berbeda fenomenanya. Menurut Teuku Kaisa Nova Zarsyah, salah satu penggemar batu akik termasuk barang antik, hal yang paling memengaruhinya adalah faktor sugesti dari masyarakat yang dimainkan kelompok tertentu.
Pelakunya adalah para pendana dan businessman yang ada di atas jejaring dunia batu akik. “Menurutku ini sugesti, sebut saja kayak tanaman di dalam akuarium atau gelombang cinta dan banyak tren lainnya. Meski kalau kita lihat, dari segi kualitas, keindahan, dan kekuatan, batu bacan memang bersih, bagus, dan natural. Batu aceh memang baru-baru ini, tetapi bagus juga kok tampaknya. Kalau batu garut sejak dulu,” ujarnya.
Belakangan, ditekankan ke pikiran orang, batu dari Acehlah yang jadi tren saat ini. Kelak, tren ini akan bergeser lagi ke batu lain yang tempatnya berbeda. Batu akik, suatu karya yang ditemukan di alam yang harganya dapat menjadi relatif tergantung kualitas, kekuatan, dan keindahan batu itu.
Namun, bagi lelaki yang kerap disapa Kaisa itu, sebenarnya batu berharga yang di kelas dunia adalah batu berlian dari Afrika, royal blue safir dari Sri Lanka, serta jamrud, rubi, pirus, dan batu mulia lain seperti permata karena tingkat kekerasannya (Skala Mohs).
Metode Skala Mohs adalah membandingkan dengan cara melihat mineral mana yang dapat menggores mineral lainnya. “Itu karena batu akik kekerasannya paling tujuh hingga delapan. Batu kalimaya malah rapuh, hanya empat sampai lima. Sementara itu, batu mulia kadar kekerasannya mencapai sembilan sampai tiga belas sehingga bagaimanapun integritas dan kekuatannya tetap paling diakui,” tuturnya.
Namun, batu akik adalah barang seni. Kalau batu mulia yang berharga di kelas dunia ada harga karatnya dapat dihitung, pada batu akik menjadi sangat relatif. Bila batu mulia tak pernah mendapat sampai kiloan maka pada batu akik tak jarang orang dapat menemukan batu yang beratnya sampai 20 kilogram (kg). Seberat itu pun paling hanya mencapai harga Rp 300 juta. Pada berat itulah batu akik dapat menembus pasaran harga batu mulia.
“Namun, tak jarang batu akik lebih dari itu harganya. Bayangkan, satu cincin batu akik super dapat mencapai harga Rp 300 juta. Batu kalimaya pun begitu. Kalau indah, bisa ada yang beli sampai harga fantastis. Cuma, memang pembelinya sih kita belum tahu karena batu akik relatif untuk disepakati alias tak bisa langsung ada pembeli, kecuali pembeli yang merasa cocok. Kalau berlian 30 karat kan sudah bisa langsung laku seketika itu juga dan harganya istimewa dan bisa langsung disepakati,” ujar Kaisa.
Karat merupakan satuan berat dari berlian. Berlian yang beratnya sama dan lebih 0,30 karat saja telah memiliki sertifikat dari lembaga sertifikasi dunia, apalagi sampai 30 kerat. Namun, untuk menemukan karat yang seperti itu, dijamin sangat langka. Nyaris serupa dengan menemukan jarum di tengah hutan yang luas!
Pergeseran Makna
Di luar tren kejutan dan harga yang fantastis itu, satu hal yang menjadi kepastian dari sebuah batu akik adalah batu ini tak lagi menjadi wilayah dunia mistik, melainkan lebih dilihat dari faktor seni, investasi, gengsi, bahkan penampilan.
Batu akik tak hanya dilihat dari warna yang bagus, unik, langka, dan tingkat kekristalan, tapi juga motif bahkan guratan dan bentuk batu yang menyerupai gurat, lekuk, atau tekstur tertentu. Ada batu pancawarna yang warnanya menyerupai objek tertentu, seperti ikan, bunga, sosok semar—kerap disebut batu gambar. Batu pusar bumi bahkan ada tonjolan di batu itu. Batu pancawarna memperlihatkan paduan warna abstrak yang menarik perhatian hingga batu combong bolong yang unik dan konon memiliki khasiat tertentu. Ada batu fosfor yang praktis menghasilkan cahaya di dalam kegelapan. Semua menjadi faktor unik yang dapat berpotensi mengangkat kualitas dan gengsi bagi si pemakai batu itu.
Batu akik sebenarnya sudah menjadi kebanggaan para bangsawan dan raja di dunia, termasuk para raja Tiongkok yang menjadikan batu giok untuk perhiasan, menambah wibawa, bahkan sebagian ada yang percaya dapat mendukung kesehatan pemakainya. Presiden RI sejak masa Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono pun konon menggunakan cincin dengan batu sebagai mata perhiasannya.
Di luar pendapat para penggemar batu akik, seharusnyalah di tengah tren batu ini, pemerintah juga mengawasi jalur masuk penjualan batu akik ini, terutama untuk diekspor ke luar negeri. Jadi, selain dapat menambah investasi negara dan pendapatan rakyat negeri ini, alam juga tak dieksplorasi secara besar-besaran sampai merusak lingkungan.
Sumber : Sinar Harapan